Buku Cerita Rakyat Bergambar

BUKU-BUKU CERITA BERGAMBAR DENGAN NAFAS POSMODERNISME 0leh: Widyastuti Purbani Abstrak: Cerita bergambar sering dikategorikan sebagai karya sastra 'pinggiran' yang keseriusannya masih dipertanyakan. Predikat ini muncul karena isi cerita, cergam.pada umumnya ringan dan lebih banyak bersifat menghibur daripada memuatfilosofi atau ideologi yang dalam. The Stinky Cheese Man and other Fairy Stupid Tale, Tuesdlly dan The Big Baby merupakan tiga cerita bergambar yang sepintas nampak 'kekanak-kanakan' tapi bila dicermati mengandung pesan-pesan cukup berbobot dan serius. Seperti agenda posmodernisme, cerita ini berprinsip melakukan penetjangan batas, mengadakan kajian ulang kritis, dan bersikap skeptis serta anti terhadap normativitas.

Kumpulan dongeng anak pendek buku cerita anak sebelum tidur. Kisah legenda cerita rakyat Indonesia terbaru 2018 cerpen bergambar fabel dongeng kancil. Buku Dongeng Anak Muslim Bergambar ini adalah buku cerita dongeng bernuansa Islami untuk anak-anak muslim dengan judul Cobaan Bagi Pemuda Tampan. Buku dongeng ini terdiri dari 64 halaman dilengkapi dengan gambar ilustrasi sesuai alur cerita.

Menggunakan teknik parodi yang efektifThe Stinky Cheese Man and other Fairy Stupid Tale mempertanyakan format konvensional serta isi cerita dongeng klasik. Format klasik diperolokkan, tokoh serta isi cerita diputarbalikkan. TuesdilY mempertunjukkan luluhnya 'self contained' discipline, memberi lebih luas lahan kosong bagi pembaca dan menyajikan akhir cerita yang menggantung. The Big Baby mendemonstrasikan permainan intertekstualitas yang cerdas yang menuntut pembaca untuk mengerahkan imaginasi tinggi dan kejelian dalam mencari hubungan-hubungan antar teks. Setelah membaca ketiga cerita bergambar ini bisa disimpulkan bahwa pesan yang dalam dan serius pun bisa dikemas dalam cerita 'kanakkanak '.

Predikat 'pinggiran' serta bagi cergam childish kini harus dipertanyakan kembali. Traktor scratch pro 2 demo. Pendahuluan Ibab Hassan mengemukakan bahwa meskipun posmodemisme masih 'menderita' ketidakstabilan makna atau masih dalam perdebatan yang terus menerus, istilah ini dalam studi sastra telah bisa dicirikan dengan adanya features boundary breaking atau peneIjangan batas, critical revisiting atau kajian ulang kritis, indeterminacy atau ketaktentuan dengan tersedianya lahan untuk berdebat serta melakukan 'pengkhianatan' dan partisanship, yang bukanlah lahan untuk kebersatuan, kesesuaian dan resolusi (Hassan, 1987). Nafas dan pesan filosofis posmodemisme temyata tidak saja termuat pada teks-teks 'besar' dan 'serius', tetapi juga pada karya-karya 'marginal' 53 semacam buku cerita bergambar, yang lazim dengan bacaan. ~~ anak-iUIiIJI Orang memang cenderung mengasosiasikan buku cerita bergambar dengan anak-anak atau pembaca mula. Setidaknya jarang sekali buku cerita bergambar terpisah jauh dari rak buku untuk remaja atau anak-anak baik di perpustakaan maupun toko-toko buku.

Pengakuan buku cergam sebagai salah satu karya sastra pun masih sering dipertanyakan: Dalam pembahasan mengenai genre karya-karya sastra oleh para kritikus, buku cerita bergambar langka disebut atau diperhitungkan. Bisa dikatakan posisinya berada di daerah 'pinggiran' Di beberapa negara yang menghargai karya sastra demikian tinggi seperti di Inggris, Amerika, Jepang maupun Australia buku cergam kini mulai banyak diperhitungkan. Kedudukannya berangsur bergeser untuk menduduki posisi yang makin terhormat. Kini mulai banyak buku cergam yang serius dan tidask sarna sekali mencerminkan sifat 'kekanak-kanakan'.

Buku-buku ceritera bergambar yang akan di bahas dalam tulisan ini merupakan contoh betapa cerdas berbobot dan sarat dengan muatan filosofis karya-karya yang pada mulanya sering dianggap childish ini, sehingga predikat 'pinggiran' dan light literature yang sering disampirkan pada cerita-cerita ini patut dipertanyakan kembali. Tiga ceritera bergambar yang akan diketengahkan dalam tulisan ini akan dibahas dalam kaitannya dengan kerangka pandang posmodemisme. Pengkajian, perenungan dan penulisan ulang dalam The Stinky Cheese Man and other Fairy Stupid Tales. Gagasan pengkajian, perenungan dan penulisan ulang, yang merupakan salah satu ciri khas posmodemisme, sangat kental termuat dalam The Stinky Cheese Man and other Fairy Stupid Tales karya Jon Scieszka qan Lane Smith ini. Seperti jelas tersirat dari kata stupid pada judulnya, karya ini sarna sekali tidak ingin bemostalgia dengan dongeng klasik semacam Cinderella, The Ginger Bread Man, The Ugly Duckling dan sebagainya, yang pemah populer di kalangan anak-anak.